By Jonathan Prawira
Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan TUHAN yang kuat, supaya kamu ditinggikanNya pada waktunya (1Petrus 5:6)
Sewaktu kecil, saya sangat terobsesi terhadap suatu benda yang bentuknya mirip mesin waktu di film Star Trek. Kabinnya kecil, tapi cukup nyaman. Ada musiknya pula. Setiap kali pintunya terbuka di suatu tempat, akan berdenting merdu. Tapi yang lebih memukau lagi adalah susuna tombol – tombol angka berlampu. Inilah ketertarikan saya terhadap lift atau elevator.
Suatu hari, saya diajak orangtua mengunjungi temannya yang menginap di lantai yang tinggi. Sampai pulang pun mereka masih asyik ngobrol di depan lift. Sementara saya langsung jatuh cinta melihat mesin waktu Star Trek yang lebih mewah terbuka di hadapan saya. Dentingnya seperti memanggil – manggil untuk segera masuk. Tak kuat menahan godaan, saya langsung menyelinap meninggalkan mereka. Saya melompat masuk, menekan setiap tombol yang ada. Ready to take-off.
Cuma, karena ukuran tubuh saya yang masih di bawah XS, saya tidak kuasa menekan tombol bernomor besar yang ada di bagian atas. No big deal. Saya pencet tombol angka kecil – kecil. Saya menikmati saat mesin peluncur seperti pesawat. Tetapi kesenangan tidak berlangsung lama. Berganti kesadaran, saya sendirian. Apalagi di setiap lantai, yang terlihat hanya ruangan yang bentuknya itu – itu saja, atau kadang – kadang wajah asing yang keluar masuk. Saya berpikir untuk kembali. Masalahnya, saya lupa, orang tua saya ada di lantai mana?
Daya tarik mesin waktu lenyaplah sudah. Saya mau pulang. Dengan panik, saya memencet tombol – tombol sekenanya. Namun akibatnya pintu terbuka di tiap lantai sementara orangtua saya tidak di sana. Jantung serasa mau copot. Tapi akhirnya, pintu terbuka di lantai yang tombolnya tidak saya pencet (karena tidak sampai). Saya melihat wajah – wajah yang saya kenal. Belakangan baru saya paham, sebetulnya saya tidak perlu takut. Sekalipun saya tidak pernah memencet tombol di ruangan itu, orangtua saya sudah menekan tombol untuk memanggil lift. Tindakan saya justru menghambat lift itu sampai ke tempatnya.
Saat hidup kita seakan berjalan di luar kendali. Saat kita tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin yang perlu kita lakukan saat ini hanya berdiam diri di hadirat TUHAN. Bapa di surga tahu, bagaimana cara memanggil lift hidup kita untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi daripada tempat kita berada saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar