Rabu, 24 November 2010

Tuhan Adalah Bapa yang Bertanggung Jawab


TUHAN ADALAH BAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB
 by Jonathan Prawira

Selain Firman, menyembah adalah salah-satu cara mengenal TUHAN dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa TUHAN memanggil diriNya Bapa? Yang jelas ini bukan alasan gender atau pembenaran maskulin boleh menguasai feminin. TUHAN itu Roh, dan Roh tidak terbatasi gender. Saya pernah menulis di booklet, inspirasi TUHAN memanggil diriNya Bapa, karena dibandingkan para ibu, lebih banyak para ayah di dunia yang gagal menjalankan fungsinya.


Banyak sisi kebapaan yang bisa dikenal dari TUHAN (lagu Kutemukan Hati Bapa). Bapa pengganti ayah di dunia (lagu Kau TUHAN Adalah Bapaku), Bapa yang tidak pernah membuang kita (lagu Kau Mengasihiku), Bapa yang tidak pernah pergi ke manapun selain menantikan kita (lagu Bapa yang Setia) Tetapi di tengah krisis global ini, saya mengajak kita mengenal kebapaan TUHAN sebagai Bapa yang bertanggung-jawab atas hidup anak-anakNya melalui lagu BERKAT TUHAN YANG MENJADIKAN KAYA

Bapa tiada ku ragu akan kasihMu, yang bersedia b’rikan segalanya
TUHAN kita adalah rich-Dad bukan poor-Dad. IA pemilik surga dan bumi. Bayangkan, berapa pendapatan yang IA terima dalam sehari, kalau saja IA memungut pajak atas setiap oksigen yang kita hirup dengan seharga oksigen di rumah-sakit? Jikalau surgaNya sudah diberikan kepada kita secara gratis, apalagi yang tidak akan diberikanNya? IA mampu memberikan semuanya, hanya saja sebagai Bapa yang bertanggung-jawab IA tidak memberikan semaunya. Daripada meragukan kasihNya, lebih baik kita membuktikan kepadaNya, bahwa kita memang layak dipercaya untuk mengelola perbendaharaanNya di bumi. Caranya? Mengelola berkat yang sudah ada pada kita dengan baik.

Bapa Kaulah yang tahu s’mua yang kuperlu, sebelum ku mengatakannya
Orangtua yang baik tidak perlu menanti sampai anaknya meminta “Ayah, aku minta makanan yang bergizi,” baru kita memberikannya. “Ayah, aku minta sekolah yang terbaik,” baru kita menyekolahkannya. “Ayah, aku minta pakaian yang baik,” baru kita memakaikannya baju. Tanpa mereka minta pun, orangtua sudah merencanakan yang terbaik untuk masa depan bahkan lebih daripada yang disadari anak-anaknya sehingga terjadi miskomunikasi dan misunderstanding. Kalau orangtua di dunia saja bisa memberikan hal itu, bukankah Bapa di surga jauh lebih baik?

S’perti burung di udara, Kau pun p’lihara, terlebih hidupku Kau pandang berharga
Kita cenderung sayang kepada barang yang kita peroleh dengan mahal, bukan? Apalagi TUHAN. IA sudah menyelamatkan kita dengan membayarkan harga yang mahal. PenderitaanNya sejak lahir di dunia, perasaanNya mulai dari tidak diterimakasihi, disalahmengerti, disalahkan, sampai dicaci-maki, waktuNya, tenagaNya, pikiranNya, pengorbananNya meninggalkan kenyamanan di surga, tubuh dan darahNya, bahkan nyawaNya. IA yang sudah memperoleh kita dengan harga yang mahal, pasti memelihara hidup kita dengan tidak bercacat dan tidak bercela sampai akhir zaman.

Dalam s’gala perbuatanku, aku percaya. Hanya berkat TUHAN lah yang menjadikan kaya
Amsal 10:22 - Hanya berkat TUHAN laha yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya, bukan pembenaran bagi orang untuk malas. Melainkan menunjukkan, jangan mengandalkan hanya susah-payah kita untuk berhasil, tetapi biarlah susah-payah kita diberkati TUHAN. Ada yang bilang, bahwa ia berhasil karena kepintarannya, kerja-kerasnya, kemampuannya sendiri. Pertanyaannya siapa yang memberikan otak yang pintar, tubuh yang sehat untuk bisa bekerja keras, dan talenta? Semuanya berkat dari TUHAN. Betul, susah-payah tidak menambahkan berkat TUHAN, tetapi susah-payah (kerja keras) adalah cara kita menunjukkan pada TUHAN, bahwa kita menghargai setiap berkatNya. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Power of Worship & Inspiration © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates