BAPA YANG SETIA
By Jonathan Prawira
Tiap kali melayani di Papua, saya senantiasa terharu. Meskipun ada yang beranggapan, fasilitas dan prasarana pembangunannya tertinggal dari kota besar lainnya, tetapi pulau ini dipenuhi kekayaan alam melimpah ruah. Sehingga saya mengatakan di panggung sebelum memberikan kesaksian pujian: Papua artinya pulau ini adalah kepunyaan Allah. Manusia boleh mengabaikan Papua, tetapi TUHAN memelihara dengan sempurna.
Tetapi di pelayanan terbaru di sana , saya juga memperoleh pelajaran menarik setelah melayani. Kami pergi bersama artis Feby Febiola dan seorang pemusik. Nah, sementara rombongan kami pulang dengan penerbangan di siang hari, si pemusik pulang dengan penerbangan pagi hari.
Padahal hotel kami -- yang konon hotel favorit band terkenal – letaknya sangat jauh dari bandara. Saya sempat bertanya mengapa si pemusik tidak pulang siang bersama kami. Karena saya kasihan, setelah melayani sampai malam, ia sudah harus berangkat pagi-pagi buta. Rupanya ia memiliki kepentingan mendesak di Jakarta . Baiklah.
Setelah beristirahat cukup, makan pagi sederhana yang nikmat, mandi yang segar, dan berpamitan dengan panitia, tibalah waktunya kami berangkat pulang. Di tengah jalan berliku-liku menuju bandara, tiba-tiba kami menerima telepon yang mengejutkan! Sahabat kami, si pemusik, ternyata masih di bandara. Ya ampun, apakah pesawatnya begitu terlambatnya sampai ia mesti ketinggalan urusan penting di Jakarta ?
Ternyata, bukan! Ia tidak terbang karena ketinggalan pesawat. Apakah ia terlambat check-in? Tidak, ia tertidur di lounge gara-gara mengantuk kurang tidur, sementara menunggu panggilan! Akibatnya ia harus mencari tiket penerbangan berikutnya, yaitu pesawat yang akan kami tumpangi. Untung ia dapat. Kalau tidak, ia harus menginap semalam lagi di Jayapura sendirian.
Saya berpikir: Andaikata ada yang membangunkannya, maka sahabat kami itu tidak perlu mengalami peristiwa mendebarkan ini. Namun saya mendapatkan inspirasi yang mengingatkan saya: Lihat, Bapa begitu setia terhadap kita. Waktu roh kita tertidur terbuai kenikmatan dunia, Roh Kudus tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya berusaha membangunkan roh kita dengan berbagai cara. PribadiNya yang lembut berani mengambil resiko, kita akan salah-mengerti dan marah kepadaNya karena dibangunkan dari mimpi atau khayalan indah. Karena Ia tahu, kita tidak tahu apa akibat yang akan kita tanggung, bila akhirnya kita benar-benar terpisahkan dari TUHAN pada akhir zaman.
Kau TUHAN adalah Bapa yang setia / Tiada sekalipun ku ditinggalkan / Penghiburan yang ku rindukan / Selalu Kau sediakan / Kau TUHAN adalah Bapa yang setia / Takkan Kau biarkan ku terpisahkan / Kaulah sumber pertolonganku / yang dapat ku percaya – (lagu Bapa yang Setia dari album THE NEXT LEVEL)
Kita mungkin berkata, dunia tak bisa memisahkan kita dari kasih TUHAN. Tetapi kenyataan seringkali membuktikan, hanya oleh masalah sepele, manusia seringkali sudah meninggalkanNya. Kalau sampai saat ini kita tetap melekat pada TUHAN, itu bukan karena kehebatan iman kita, tetapi karena Bapa yang setia tidak membiarkan kita terpisahkan. Ketinggalan pesawat memang tidak enak, tetapi ketinggalan Yesus yang mengangkat kita ke surga, itu jauh lebih mengerikan.
Salam inspirasi dari your worship partner – Jonathan Prawira.
0 komentar:
Posting Komentar