HADIRAT TUHAN: TEMPAT PERHENTIAN ATAU TEMPAT PERSEMBUNYIAN?
by Jonathan Prawira
Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melengkungkan busur tembaga – (2 Samuel 22:33-35)
Peperangan di marketplace Indonesia memiliki karakteristik berbeda dari dunia. Salah-satu perbedaan yang paling signifikan adalah ketiadaan crisis-management nasional terhadap bencana alam, wabah penyakit, bala kelaparan, dan kemelaratan. Daripada mengharapkan bantuan yang tidak jelas, kita harus memperjuangkan hidup kita sendiri bersama TUHAN.
Karena perbedaan inilah, metode peperangan rohani di Indonesia berbeda dengan misalnya Amerika. Para penyembah TUHAN yang sedang berjuang di marketplace perlu memperoleh pesan kenabian dan mengalami kuasa penyembahan yang relevan dengan situasi dan kondisi medan pertempuran rohani di Indonesia.
Namun di tengah peperangan, kita perlu tempat berlindung atau bunker. Sama seperti mobil balap perlu pitstop, kita perlu tempat merevitalisasi roh kita kembali agar siap kembali untuk berjuang. Inilah paradigma hadirat Allah yang kami lakukan.
Hadirat TUHAN bukan tempat perhentian terakhir. Artinya selama masih hidup, tugas kita bukan hanya berdiam-diri di hadirat TUHAN, memujiNya, melayaniNya, memberi persembahan dan berharap IA sendiri yang membereskan semua persoalan kita, menyelesaikan semua hutang kita, atau melipatgandakan omzet kita. Bukan begitu caranya.
Hadirat TUHAN adalah tempat persembunyian. Artinya tempat kita mengungsi dari segala serangan dan bahaya, beristirahat dari segala beban dan tugas. Sebab itu mari datang ke hadirat Allah dengan sikap mengosongkan diri (seperti mencurahkan beban negatif di hati, membuang segala dosa dan kutuk, menempatkan diri kita kembali pada visi TUHAN) dan siap dipenuhi (pikiran diperbarui, hati dikuatkan, dan iman dibangkitkan). Ingat TUHAN memang membaringkan dombaNya ke padang rumput yang hijau dan air yang tenang. Tetapi setelah kita kenyang, puas, dan kuat, IA kembali mengutus dombaNya kembali ke tengah serigala. Di sanalah, tempat pelayanan sejati kita.
Maka kamu harus bangun dari tempat persembunyianmu itu untuk menduduki kota itu, dan TUHAN, Allahmu, akan menyerahkannya ke dalam tanganmu – (Yosua 8:7)
0 komentar:
Posting Komentar